Tips Membuat Karakter Pada Novel Anak

 

Biasanya saya  menggunakan beberapa pendekatan untuk membuat karakter.

 

Pemaparan Karakter Versi #1

 

Contoh seperti ini saya gunakan untuk novel the Cousins

***

* Vito McDamon

1411c5d9a06098b8fbf7540167cd20f8

Vito [bahasa latin] : pemberi kehidupan, McDamon : sekedar menambah unsur kebule-bulean]
Usia : 11 tahun
Ibu : Mama Rosy [Peneliti/arkeologi]
Ayah : Papa Willian McDamon [dipanggil Bill atau Uncle Bill] [arkeolog/ahli IT]
Nama Panggilan : Vito
Anak Tunggal

Karakter Fisik :

– Tinggi badan 152 cm. Tubuhnya tidak terlalu tinggi
– Bule banget. Karena peranakan Australia dan Indonesia
– Mata tajam dan berwarna kebiru-biruan.
– Hidung mancung
– Kulit kuning bule
– Rambut pirang kecoklatan
– Kesan cuek dengan rambut awut-awutan, sisir pake tangan.

Temperamen : Pendiam, cuek, terkesan tak perduli sekitar.

Hobby : Gadget freak. Suka mempelajari alat-alat elektronika dan tehnologi. Suka Menyisir rambut dengan tangan sendiri.

Kebiasaan buruk/baik : bersikap nyaris seperti anti sosial. Suka menyendiri. Tak begitu suka keramaian, cenderung tak suka musik ataupun group band.

Keunikan : Tak satu pun alat tehnologi atau gadget yang tak bisa diutak-atiknya. Otaknya cerdas banget. Cenderung tidak seperti manusia umumnya. Memiliki kemampuan fotografik memory.

Kesukaan/ketidaksukaan : suka mengutak atik komputer dan program komputer. Tidak begitu suka sekolah umum karena terbiasa homeschooling.
Selalu menyisir rambut dengan tangannya, jika merasa khawatir atau tak nyaman.

Yang ditakuti/phobia : Air dalam jumlah sangat banyak, seperti kolam renang atau laut/danau. Karena pernah nyaris tenggelam ketika ikut orang tuanya bertualang.

Rencana Jangka pendek : dapat menemukan ayahnya yang hilang.
Rencana jangka Panjang : mandiri dan tidak sering bergantung pada pertolongan orang lain lagi.

 

 

Pemaparan Karakter Versi #2 (Menggabungkan data berikut deskripsi cerita)

cute-boy-alone-sad-beautiful-lonely-depress-5201

Miko memperhatikan ujung kakinya. Sepatu yang tidak jelas mereknya itu telah digunakannya sejak setahun yang lalu. Awalnya kebesaran, tapi sekarang sudah pas di kakinya.

Miko melirik gang sekolah. Sudah lengang. Kelas 5A tempat ia dan Mel satu ruangan juga sudah sepi.

Miko memegang pipinya. Tulang pipinya yang tinggi terasa agak sakit. Bisa jadi karena terkena bola basket tadi, tapi sepertinya karena kalimat Mel tadi membuatnya seperti tertampar dan sadar. Bisa jadi rambut ikal coklat, hidung mancung, mata biru kehijauan, terkadang berubah-ubah warnanya tergantung kondisi hatinya serta kulitnya yang cenderung kuning ini memang berasal dari negara lain, dan itu bisa jadi bukan Indonesia. Lalu siapa ayahnya sebenarnya?

Miko melirik kelingkingnya yang bengkok akibat bermain basket dan mengalami patah ringan tahun lalu, masih menyisakan bentuk yang aneh. Tapi sudahlah, bukan itu yang Miko pikirkan.

Tubuhnya memang jangkung untuk ukuran anak kelas 5 SD. 170 cm dengan kaki terlihat jenjang, tak sepadan dengan berat badannya yang tak lebih 50 kg.

Selama ini Miko tak begitu mempedulikan, hingga hari ini seseorang bernama Mel, murid baru di kelasnya, mengatakan “Aku seperti pernah jumpa bapak-bapak, wajahnya mirip kamu di negara asalku, Argentina,” kata Mel dengan bahasa Indonesia sedikit terbata.

Mel memang anak baru. Pindahan dari Amerika Latin, dan ibunya Mel adalah orang Indonesia. Ayah Mel kabarnya orang Argentina.

 

Pemaparan Karakter dengan Mind map

 ScreenshotAmandaMindMap-1024x571

ini juga biasa saya lakukan, sayangnya saya belum sempat foto untuk mind map dari karakter Odie.

Cara seperti ini juga saya gunakan untuk membuat outline sementara utk novel saya. Kelebihan cara ini, lebih mudah mengingatnya. Terutama jika membuat novel anak dalam jumlah halaman 100 lebih….

Selamat mencoba.

*Foto-foto hasil gogglingan nih… lupa linknya. 😦

 

 

Tips Memulai Menulis Novel Anak

4 buku anak

Seperti halnya cerpen yang memiliki syarat seperti adanya karakter, konflik, plot dan ending, demikian pula sebuah cerita di novel. Bedanya di novel konfliknya lebih dari satu. Biasanya ada konflik utama, lalu konflik turunan atau konflik kecil. Karakternya pun bisa beragam atau lebih banyak dari sebuah cerpen.

Sehingga, sering kali, jika seorang penulis yang terbiasa menulis cerita pendek, akan sedikit terengah-engah (nafas menulisnya pendek) dalam menuntaskan kisah sebanyak 40 -100 halaman (sebagai syarat jumlah halaman novel anak umumnya di Indonesia).

Berikut ini, (berdasarkan pengalaman saya menuliskan 6 novel anak) ada 2 cara (dari sekian banyak cara yang mungkin dimiliki penulis novel anak lainnya), yang cukup efektif membantu saya memulai menulis novel, hingga bisa sampai akhir (istilahnya “bernafas panjang”).

 

Cara pertama,

 

Membangun karakter terlebih dahulu sebelum menentukan alur/plot atau deskripsi cerita. Sebagai contoh, untuk novel Odie dan The Cousins, saya membuat daftar karakter, dan dimulai dengan mencari foto di internet, kemudian mendeskripsikannya. Mulai dari nama lengkap, nama panggilan, hobby, sifat baik, sifat buruk, kelebihan, kekuatan, kelemahan, pendidikan, pokoknya buat sebanyak mungkin informasi satu karakter berdasarkan foto tersebut termasuk ciri-ciri fisik dan non fisik.

Umumnya, untuk novel anak, tokoh antagonis yang menonjol satu orang, sementara protagonis bisa lebih dari satu, dan ada juga karakter penunjang. Saya sarankan, buat semua karakter itu sedetail mungkin.

the cousins in gramedia palembang

Misalnya tokoh Vito dalam novel The Cousin, saya gambarkan sebagai berikut :

 

* Vito McDamon

 

Vito [bahasa latin] : pemberi kehidupan, McDamon : sekedar menambah unsur kebule-bulean]
Usia : 11 tahun
Ibu : Mama Rosy [Peneliti/arkeologi]
Ayah : Papa Willian McDamon [dipanggil Bill atau Uncle Bill] [arkeolog/ahli IT]
Nama Panggilan : Vito
Anak Tunggal

Karakter Fisik :

– Tinggi badan 152 cm. Tubuhnya tidak terlalu tinggi
– Bule banget. Karena peranakan Australia dan Indonesia
– Mata tajam dan berwarna kebiru-biruan.
– Hidung mancung
– Kulit kuning bule
– Rambut pirang kecoklatan
– Kesan cuek dengan rambut awut-awutan, sisir pake tangan.

Temperamen : Pendiam, cuek, terkesan tak perduli sekitar.

Hobby : Gadget freak. Suka mempelajari alat-alat elektronika dan tehnologi. Suka Menyisir rambut dengan tangan sendiri.

Kebiasaan buruk/baik : bersikap nyaris seperti anti sosial. Suka menyendiri. Tak begitu suka keramaian, cenderung tak suka musik ataupun group band.

Keunikan : Tak satu pun alat tehnologi atau gadget yang tak bisa diutak-atiknya. Otaknya cerdas banget. Cenderung tidak seperti manusia umumnya. Memiliki kemampuan fotografik memory.

Kesukaan/ketidaksukaan : suka mengutak atik komputer dan program komputer. Tidak begitu suka sekolah umum karena terbiasa homeschooling.

Selalu menyisir rambut dengan tangannya, jika merasa khawatir atau tak nyaman.

ditakuti/phobia : Air dalam jumlah sangat banyak, seperti kolam renang atau laut/danau. Karena pernah nyaris tenggelam ketika ikut orang tuanya bertualang.

Rencana Jangka pendek : dapat menemukan ayahnya yang hilang.

Rencana jangka Panjang : mandiri dan tidak sering bergantung pada pertolongan orang lain lagi.

 

Gunakan sebuah foto untuk mendukung penggambaran karakter ini.

 

Lalu bangun karakter-karakter lain dengan cara yang sama. Jika sudah detail. Baru mulai dengan menceritakan masing-masing karakter. Kelebihan cara ini, penulis mengikuti maunya si karakter, hingga biasanya cukup memiliki tema utama, lalu cerita mengalir mengikuti karakter-karakter yang muncul. Contoh novel Indonesia yang mengandalkan karakter dalam novelnya adalah novel Pangeran Bumi dan Ksatria Bulan karya Ary Nilandari.

 

Saya pribadi menuliskan novel Odie dan The Cousins dengan membuat karakter, baru kemudian tema besar dan outline sederhana. Faktanya ketika menulis, sering kali saya keluar dari outline karena mengikuti maunya karakter utama. Asyiknya cara ini, jarang bisa mati ide atau writer’s block, karena kita bisa bermain-main dengan karakter yang sudah detail.

Kekurangan cara ini, mungkin jika mau ikutan dalam lomba menulis yang sudah ada tema. Mungkin akan lebih sulit, karena belum tentu karakter yang kita bangun, mau mengikuti tema yang sudah ditentukan sebuah lomba.

 

 

Cara Kedua,

 

Membuat Konflik utama atau tema utama dari novel. Sebagian penulis malah langsung membuat adegan yang menarik untuk halaman pertama. Sehingga seringkali muncul banyak tokoh baru ketika menuntaskan novelnya. Kelebihan cara ini adalah, bisa menyesuaikan diri dengan tema yang mungkin direkues atau diminta oleh penerbit atau panitia lomba. Kekurangannya, agak sedikit lambat, karena sering muncul tokoh baru, atau penulis terpaksa membatasi diri dengan tema yang digusung.

Cara ini saya gunakan ketika mendapat orderan tema menulis dari penerbit. Jadi untuk novel Gomawoyo,Chef! dan novel Sirennetta, saya menggunakan cara ini. Tema utama sudah ada, lalu saya pretelin, atau saya uraikan dengan membuat konflik-konflik kecil.

SIRENETTA DI  jawa timur

 

Dalam novel Gomawoyo, Chef! penerbit meminta tema utama adalah terkait tema masak memasak. Lalu kubuat system mind map, dengan kata masakan sebagai tema utama. Lalu saya mulai dengan membuat “kaki gurita” mulai dari point 1 hingga 10 (tergantung jumlah halaman, dan biasanya saya pastikan 1 halaman hanya berkisar dari 4-5 halaman saja). Jadi dari masakan itu muncul point pertama seperti latar belakang muncul tokoh, tokoh pergi ke desa, tokoh berjumpa makanan khas korea, tokoh mencari tahu siapa pembuatnya, dan seterusnya.

Setelah mendapatkan point tersebut, baru saya masuk ke bagian karakter. Tak jarang ada penulis yang langsung mendeskripsikan adegan per adegan berdasarkan point yang sudah dibuat. Karakter dibentuk pada saat penulisan.

Kekurangan cara ini, umumnya sering kali (tidak berarti tidak ada) tokoh atau karakter utamanya tidak kuat, bahkan plin-plan. Misalnya di awal kisah pemberani, di satu konflik tertentu jadi penakut. Atau bahasa yang digunakan terkesan pintar, padahal tokohnya di awal dijelaskan tidak tamat sekolah. Hal ini akan kelihatan ketika novel mengalami fase edit. Banyak logika cerita yang bolong-bolong.

Untuk novel Gomawoyo Chef! meskipun saya menggunakan system tematik, tetap saya gabungkan dengan pola atau cara pertama, yakni membangun karakter. Karena itu, karakter tokoh dalam novel terjaga konsistensinya dan terhindar dari logika cerita yang mengada-ada.

Demikian dua cara yang biasa saya gunakan ketika membuat awal novel.

Berdasarkan cara yang ada, maka kita dapat membuat beberapa langkah untuk menulis, yakni :

  1. Buatlah terlebih dahulu karakter (penjelasannya ada di tulisan lain, berjudul Tips Membuat Karakter Pada Novel Anak).
  2. Membuat Tema utama, misalnya Anak Band dan Alien (contoh Novel The Cousins)
  3. Lalu dipretelin atau dipecah menjadi beberapa bab. Seperti Bab 1 judulnya Alex dan Radio. Bab 2 berjudul Kedatangan Vito, dan seterusnya.
  4. Setiap judul bab tersebut buat deskripsi bab sebanyak 3-4 kalimat.

Nah, dengan bermodalkan 1 tema besar, 10 bab sub judul dengan deskrispi, karakter yang sudah dibuat (jumlah karakter boleh bebas, umumnya 1-2 tokoh utama protogonis, 1-2 tokoh utama antagonis dan 1-2 orang tokoh pendukung – tergantung jumlah halaman),  maka, kita sudah bisa mulai menulis novel anak 40 -100 halaman.

 

Dan Ingat… jika karakter yang jadi pegangan kita, jangan takut untuk menggganti outline yang sudah kita buat.

Sebaliknya, jika outline yang jadi pegangan kita, hati-hati ketika memasukkan karakter, pastikan tidak bolong logikanya.

Selamat mencoba! 🙂

 

 

E-BOOK BILLA #2 : Kucing dan Teman Mencari Pelangi

Judul E-book Kucing dan Teman Mencari Pelangi

 

Seminggu menjelang berakhirnya Bulan Ramadhan, Kak Billa terlihat antusias melakukan sesuatu.

“Bunda, Kakak mau bikin pic book lagi ah!.” Lalu dengan sigap ia mengambil 7 kertas HVS putih dan mulai menggambar.

Aku terpana, karena semua dilakukan sendiri, mulai dari ide dan tahapan membuat gambar.

Pertama-tama, Kak Billa  menggambar dengan spidol hitam, dan dia membuat 6 gambar langsung. Namun belum ada karakter tokohnya. Sepertinya ia baru membuat setting cerita.

Aku sempat bertanya, “kenapa belum ada tokoh ceritanya nak?”

“Entar Bund, sekarang Kakak bikin dulu seperti ini!” Dia pun menunjukkan beberapa  kertas yang sudah digambarnya. Ada yang matahari saja, ada matahari bersinar kuat, lalu ada awan hitam, ada pelangi dan terakhir ada bulan bintang.

“Hemmm, baiklah…” Aku pun tak mengganggu lagi.

Tak lama, Kak Billa mengambil lagi halaman pertama ceritanya, lalu memasukkan gambar tokoh, yakni Kucing, Anjing, Burung dan Bunga.

Setelah selesai 6 halaman tersebut. Baru ia mengambil crayon, dan memulai lagi dari halaman pertama untuk mewarnainya. Crayon yang sudah digunakan, diletakkan di dekatnya, karena katanya dia akan butuh lagi untuk mewarnai halaman berikutnya, serta biar dia gak lupa dengan warna-warna gambarnya.

Di sini, ia mulai rewel sendiri.

“Bund, nanti untuk warna latarnya, Bunda aja yang mewarnai ya? Kak Billa sudah capek. Nanti Kakak kasih tau warna apa aja yang akan digunakan, Ya Bund?” rayunya setengah memerintah.

Aku pun mengangguk. Dan mulai membantunya.

Fiuuuh! Ternyata emang capek mewarnai latar belakang gambar ya… hehehe..

Selesai gambar dan mewarnai, Kak Billa pun menggambar 1 halaman lagi, dan berkata “ini Covernya Bund. Bunda yang nulis judulnya ya.. ini cerita tentang “Kucing dan Teman Mencari Pelangi”. katanya dengan mata berbinar. Dia senang bukan main, berhasil menulis pic book ke 2 nya. Dia gak tahu, betapa antusias, deg-degan dan bangganya aku melihat semangat dan karyanya itu.

Semua idenya orisinal dari dia.

Kakak kemudian membujukku untuk menuliskan narasi cerita. Ia hanya bercerita dan merekamnya lewat hape. Tapi hanya sepotong-sepotong.

“Nanti Bunda aja yang ngerapiinnya ya Bund. Kan Bunda penulis!” alasan Billa.

Hehehe.. Baiklah…

 

Setelah melewati fase lebaran dan masuk sekolah. Akhirnya aku sempatkan menuliskan narasi dan menscan gambar ini. Dan sekarang, sudah siap untuk diupload. *Akhirnya lunas hutang satu. masih ada satu pic book lagi, tapi belum sempat nih scannya..:)

 

In sha Allah cerita ini juga akan kujilid dan akan diberikan Billa untuk bu gurunya di sekolah. Kemaren Billa sudah janji akan memberi hadiah pic book buatannya untuk Miss Rona dan Miss Ani.

Selamat menikmati ya teman-teman…! 🙂

Kucing_dan_Teman_Mencari_Pelangi

Buku Pertama Karya Billa : “Lana Ingin Terbang”

 

Berawal dari Kak Billa (putriku berusia 5 thn 9 bulan), yang hari ini pulang sekolah dengan membawa hasil karya dari pelajaran Art.

“Ini Bund, Kak Billa dan temen-temen belajar bikin majalah.”  Billa menunjukkan sebuah hasil karya yang mirip sebuah buku (ada cover, ada isi dan berbentuk buku).

Kupikir, hanya berhenti di situ saja perihal karya membuat majalah/buku ini.

Malam ini, Kak Billa membuat buku sendiri, mirip dengan karyanya tadi siang. Lalu ia menggambar di dalam buku tersebut. Aku awalnya tak begitu memperhatikan. Tapi kog lama-lama isi bukunya (gambarnya) adalah sebuah cerita. Paling tidak itu yang aku lihat.

Selesai Kak Billa menggambar, aku ajukan beberapa pertanyaan. “Ini apa, Kak?” “Ini kisah tentang apa, Kak?” dst …

Kak Billa dengan lancar menjelaskan isi gambar lukisannya dalam buku tersebut. Ternyata itu adalah kisah seekor ikan bernama Lana yang ingin terbang seperti teman barunya, seekor kupu-kupu bernama Laya dan seekor lebah bernama Bunga. Kuajukan beberapa pertanyaan, dan akhirnya menghasilkan sebuah kisah.

Dengan antusias, kufoto hasil gambarnya, lalu kemasukkan ke program Paint. (aku tak mengerti sebenarnya gimana caranya agar bisa menjadi picbook yang bagus, tapi minimal buku perdana karya Billa ini harus kuabadikan). Lalu lahirlah kisah atau cerita bergambar tentang Lana, si Ikan yang Ingin terbang.

Kisah atau cerita dari mulut Kak Billa sendiri, langsung kutulis tangan di kertas. Lalu kupindahkan ke gambar karyanya melalui program paint. Masih tak rapi, tapi aku senang sekali melihat Billa sudah bisa membuat gambar yang bercerita.

 

IMG_00002752

Ini adalah hasil tulisan tanganku, mengejar cerita yang meluncur dari mulut Kak Billa. Ada beberapa kata yang kutambahkan, terutama keterangan waktu, karena Kak Billa belum terbiasa dengan masalah waktu.

 

Dari hasil tulisan ini, lalu kucocokkan dengan gambar karya Kak Billa, dan akhirnya kuedit sedikit di gambarnya dengan program Paint.

IMG_00002750

Sebelah kanan wujud buku buatan kak Billa berikut gambarnya. Sebelah kiri, adalah tulisan Bunda mencatat komentar Billa atas gambarnya sendiri.

 

 

Berikut kisah “Lana Ingin Terbang”, Picbook pertama karya Kak Billa.

cover buku perdana Billa

Cover buku berjudul “Lana Ingin Terbang”

 

Halaman pertama, berkisah pertemuan antara Lana dan dua teman barunya.

Halaman 1

Halaman 1

 

   Halaman ke 2 berkisah Lana dan teman-temannya tidur di “tempat tidur” masing-masing.

Halaman 2

Halaman 2

 Halaman berikutnya, berkisah tentang keinginan Lana ingin terbang.

Halaman 3

Halaman 3

 

Halaman ke empat, mengisahkan Lana yang bersedih dan dinasehati teman barunya.

Halaman 4

Halaman 4

Selanjutnya, dikisahkan Lana berhasil terbang karena siripnya memanjang seperti sayap pesawat.

Halaman 5

Halaman 5

 

Dan akhirnya, Lana pun mendapat mendali karena berhasil terbang.

Halaman 6

Halaman terakhir

 

Gambar ini dikerjakan Billa sejak pulang dari mengaji jam 5.30an sore tadi, mulai dari membuat buku hingga selesai menggambarnya adalah jam 7an, diselingin berhenti sholat magrib dulu. Kurang dari 2 jam, Kak Billa berhasil membuat pic book perdananya, tanpa pernah dia tahu, betapa kerennya apa yang sudah dia lakukan…:)

Billa malah menyimpan kertas yang kutulis tentang kisah dari gambarnya, dan “menyingkirkan” gambar karyanya. Aku buru-buru menyimpan karyanya tersebut ke dalam diaryku. Suatu hari kelak, Billa harus melihat buku bergambar (pic book) karyanya yang original tersebut.

My dear Billa…,

Bunda bangga banget sama Kakak….:) *kiss and big hug…

***

Tambahan :
Emaknya Billa gak bisa bikin E-book, tapi tadi nyoba pindahin dari word ke pdf… Lumayan jadi satu kesatuan gitu, meskipun gak tahu gimana cara “mempercantiknya”…

ini E-bookLana Ingin Terbang

Aku Suka Tulisan Mereka

Image Ya… aku suka membaca, meski bukan kutu buku. Sejak bisa membaca di usia 6 tahun lebih, aku selalu membaca. Terkadang, jika aku sudah membaca, aku tak begitu peduli sekitar. Tapi itu dulu, ketika masih belum menikah dan punya anak. Setelah itu, aku malah minim waktu untuk membaca lama-lama.

Image

Dan iya… kini aku jatuh cinta pada dunia menulis. Terutama cerita anak. Sudah beberapa novel anak yang kutulis dan terbitkan. Namun, semua itu tak terjadi begitu saja. Ada banyak orang yang turut mewujudkan buku-buku itu. Termasuk para penulis buku-buku anak yang aku sukai. Mereka -melalui tulisan dan buku- langsung atau tak langsung memberi banyak pengetahuan menulis cerita anak. Ketika pertama kali membuat blog ini, sudah kuniatkan untuk sesekali menulis tentang beberapa penulis cerita anak kesukaanku. Di antara belasan penulis anak kesukaanku, ada 4 (empat) penulis yang menarik perhatianku. Karena mereka termasuk yang “sedikit banyak” mempengaruhi cara menulis, pola pikir atau sekedar referensiku dalam menulis.   Image Kelak, aku ingin memposting informasi tentang mereka di blog ini, satu persatu.   Image Pada Enid Blytonlah aku pertama kali jatuh hati ke novel anak-anak. Serial Malory Towernya adalah yang terbaik yang membuatku berkhayal jadi Darrel dan bermimpi pintar menulis.

Image

Cover buku yang kupunya beda banget dari yang ini…Kubeli awal tahun 80an

Aku pun kemudian mengenal Roald Dahl. Caranya menulis yang berbeda menarik perhatianku. Meksi baru kukenal (sejak mulai menulis cerita anak) dan belum semua bukunya kubaca, aku sudah jatuh hati dengan “kenakalan” karakter tokoh yang dibuatnya. Kontras dengan Enid Blyton. Tapi aku suka. Image   Selalu suka menyaksikan karakter yang baik tapi juga bandel, atau nakal tapi cerdas, atau benar-benar bandel, muncul di novel Roald Dahl. Mudah-mudahan, aku bisa membaca lebih banyak lagi buku-bukunya.   Nah… Kalau untuk penulis cerita anak dari Indonesia, aku punya banyak juga yang kusuka. Tapi dari semuanya, ada dua orang yang mempengaruhi sekali semangat dan pengetahuanku, ketika memulai jejak langkah di dunia cerita anak.

Image

aku dan teh ary , di rumah teh ary.

Perempuan simpatik dan sering dipanggil Bunda peri di komunitas Penulis Baca Anak ini, adalah Teh Ary Nilandari. Beliau pertama kali kukenal lewat blog Multiply, berlanjut ke komunitas PBA, hingga hari ini, beliau adalah salah satu mentorku.

Semangatnya untuk menaikkan kualitas bacaan anak Indonesia termasuk yang paling aku suka.

 

Image

Impiannya mendidik anak lewat bacaan, sangat aku suka

Ketika buku pertamaku lahir, (Odie dan Rahasia Ransel Biru), bersamaan dengan buku cerita Nathan, buatan teh Ary, aku senang bukan main. Sekarang beliau tak sekedar teman atau mentor, tapi juga kolegaku di dunia menulis cerita anak. Tersanjung sekali kalau kuingat pertama kali bertemu di Bandung, dan beliau langsung ngeh dengan diriku.

Image

Fantasi dan pengetahuan dalam satu novel anak ini. sungguh menarik!

Kemudian, guruku satu lagi, yang super talented, karena juga menulis dalam banyak genre, dan selalu laku keras adalah Kang Iwok Abqary. Lagi-lagi pertama kali kenal, juga lewat blog Multiply dulunya. Berlanjut menjadi muridnya di kelas online Blogfam. Sesuatu banget deh bisa berguru dengan orang se-downtoearth beliau ini. Pertama kali bertemu, beliau juga ramah banget. Jadi di dunia nyata atau maya, sama kualitas kebaikannya.

Image

Beberapa tahun lalu ketemu Kang Iwok di salah satu workshop cerita anak. Senang banget!

Salah satu kutipan kata kang Iwok yang aku suka adalah :

Tulisan adalah salah satu bentuk komunikasi saya. Kalau anak lain bisa berbagi cerita dengan teman bermainnya, saya berbagi cerita dengan kertas dan bolpoin,

 

Image

Buku ini salah satu buku best seller karya Kang Iwok.. dan sudah difilmkan… plus.. aku dapat lho buku ini beserta tanda tangan beliau..:)

Belajar dari membaca karya mereka, cerita dan kisah dibalik tulisan-tulisan mereka, serta mengamati semangat para penulis ini menuils, membuatku termotivasi. Meski aku tahu, setiap penulis punya kualitas diri yang berbeda, punya keberuntungan dan kesempatan yang berbeda, namun satu hal yang pasti… visi dan misi mereka untuk membuat dunia cerita anak menjadi berkualitas dan banyak adalah hal yang sama. Aku berharap, suatu hari kelak, aku pun ikut dalam jejak langkah mereka. Meninggalkan banyak hal baik di dunia cerita anak, dan cerita bagi anak-anakku di masa depan.

Bukuku di Rak Toko Buku

Postingan ini menunjukkan beberapa karyaku di beberapa toko buku di Indonesia, selama kurun waktu tahun 2012 -2013….

Kangen juga punya postingan foto buku-buku baru. Semoga waktu-waktu mendatang, aku dapat menikmati buku-buku karyaku mejeng di toko buku, menemui para pembaca setiaku dan pembaca baruku.

the cousins di gramedia teraskota

Putriku dengan bangga menunjukkan The Cousins di Gramedia Teraskota , BSD

gomawoyo chef di gramedia balikpapan

Ini penampakan si Gomawoyo Chef! di toko buku Gramedia Balikpapan

gramedia bandung

Ini penampakan pertama kali Gomawoyo Chef di Gramedia Bandung

gomawoyo chef di jawa timur

Nah ini ketika Gomawoyo Chef mejeng di toko buku di Jawa Timur

 

gramedia teraskota

Ini penampakan serial Korea, salah satunya Gomawoyo Chef di Gramedia Teraskota BSD

SIRENETTA DI  jawa timur

Kalau ini penampakan Sirenetta di salah satu toko buku di Jawa Timur

sirenetta di gramedia palembang

Sirenetta di toko buku Gramedia Palembang

sirenetta di gramedia teraskota

Melihat ada Sirenetta di toko buku Gramedia Teraskota BSD

 

 

 

Ini tiga buku karya ku, Odie dan Pencuri dari Negeri Layn, Gomawoyo Chef dan menjadi co-writer di biografi Fakhri Violist Cilik . Semuanya ada di toko buku Gramedia Palembang

Ini tiga buku karya ku, Odie dan Pencuri dari Negeri Layn, Gomawoyo Chef dan menjadi co-writer di biografi Fakhri Violist Cilik . Semuanya ada di toko buku Gramedia Palembang

the cousins in gramedia palembang

Dan ini penampakan The Cousins yang bikin bangga. Terpilih Best Fiction di toko buku Gramedia Palembang.

 

Demikian beberapa penampakan buku-bukuku. Ada juga yang memang difoto oleh teman-teman yang sengaja ikutan lombaku, beberapa waktu lalu. Penampakannya bisa di lihat di postingan tentang foto-foto narsis peserta lomba mejeng bareng bukuku. 

 

Enjoy the picture…

Semoga tahun mendatang, akan ada foto-foto lainnya.

 

amin

 

My 3rd Children Book Cover : Gomawoyo Chef!

 

 

Story of Girl who love to make a dasik. A korean tradisional cake

Story of Girl who love to make a dasik. A korean tradisional cake

 

I wrote this book only for one month. Actually, three weeks in research and one week for writing. It was an unbelievable moment to do this project. I was pregnant, about 25 weeks if i’m not mistaken. This book told us about a boy who travel to his village, meet a girl who love cook dasik, a tradisional korean cake.

Anyway… i love the illustration of the cover. it was illustrated by Margaretta Devi. Inside the book was illustrated by Nisa Nafisah. it is sooo eye catching…

You can still buy this book in online store. it’s just a little bit difficult to find it in a book store.

Dua review Novelku : The Cousins : Flama Elementa!

Teh Ary (My mentor) bersama buku The Cousins

Teh Ary (My mentor) bersama buku The Cousins

 

Rasanya lama sekali blog ini tak kusentuh. Padahal hati ini begitu ingin merapikan dan menjadikannya blog yang aktif.

Seminggu terakhir ini terkena gejala vertigo dan hectic… Rasa-rasanya nyaris hilang semangat untuk menulis. Namun itu tak mungkin terjadi. Karena rasa cintaku pada dunia menulis cerita anak sangat besar.

Beberapa hari terakhir ini, menjelang kesehatanku membaik, ada dua resensi yang dibuat oleh dua teman baikku.

Satu tulisan dari Cici Tanti, seorang ibu yang  juga blogger aktif dan sangat eager memanaje waktunya seefisien mungkin. Salut deh sama ibu satu ini.

cici tanti dan bukunya perempuan 101

cici tanti dan bukunya perempuan 101

Dan satu lagi, review dari Mbak Eno, seorang Ibu single fighter yang juga editor sekaligus penulis kesukaanku. Rasanya gimana ya ketika bukuku direview oleh dua orang perempuan energik, berbakat dan cerdas ini.

mbak eno dan buku novel anak karyanya

mbak eno dan buku novel anak karyanya

Tulisan atau review cici tanti tentang buku The Cousin, bisa dilirik di postingannya yang berjudul “Alien is here!” dan sementara review mbak Eno, bisa dilihat pada postingannya yang berjudul (Resensi) Kekuatan Super Flama Elementa.

Membaca review kedua penulis sekaligus blogger ini, membuatku terpacu untuk kembali semangat melanjutkan seri dua dan tiga buku ini. Judulnya sudah kusimpan, yakni The Cousins : Aira Elementa! dan The Cousins : Watera Elementa!

Semoga aku berhasil menuntaskannya sebelum tahun 2015 berakhir. Amin.

Terima kasih untuk Cici Tanti, terutama untuk kalimat :

Sebagai salah seorang penikmat karya-karya Penulis, tentu saja sejuta pujian kulontarkan pada jalinan kisah science fictionyang unik dan menarik ini. Dengan gaya bertutur yang lugas, Penulis seolah dapat membaca jalan pikiran teenagers yang lincah dan beralur cepat. Sebagai bacaan yang mengandung beragam informasi, woow.. tepat sekali! 

Remaja tentu suka dengan fakta tentang musik, mode dan festival seperti yang Penulis tuturkan, sehingga rasanya sayang menaruh buku ini sebelum habis kubaca. 

 

Dan juga untuk mbak Eno, atas kalimat :

 

Novel ini sebenarnya milik anak saya. Namun, sebagai ibu yang baik dan berjiwa muda, saya juga membaca novel ini. Sebenarnya lebih karena terdorong oleh rasa penasaran. Gimana sih seorang Dian Onasis yang biasa menulis karya ilmiah di bidang hukum ini menulis novel anak?

Ternyata saya suka. Logika ceritanya pun kena. Dibandingkan dengan novel Dian sebelumnya yang saya baca, Odie dan Rahasia Ransel Biru (2011), saya lebih suka The Cousins. Dan … well, saya tidak sabar menunggu kelanjutan novel ini (semoga ada kelanjutannya).

 

Aku kembali semangat untuk menuntaskan kisah Vito, Lex, Morrin dan Max… Tunggu kehadiran lanjutannya ya…

Bismillah…